Daftar Isi:
a. Sejarah Hari Raya
b. Hal-hal yang Disunnahan pada Hari Raya
c. Hikmah Disyariatkannya Shalat Hari Raya
d. Tata Cara Shalat Idul Fitri
e. Tata Cara Shalat Idul Adha
f. Khutbah Idul Fithri dan Adha
a. Sejarah Hari Raya
Sebelum
Islam mengalami kejayaan, tradisi orang Arab pada saat merayakan hari
rayanya lain dengan cara umat Islam. Mereka bersenang-senang dengan
berfoya-foya sehingga tradisi tersebut menjamur sampai mereka masuk
Islam. Diantara hari raya yang mereka rayakan adalah hari raya Nairuz
dan Mihron. Kemudian pada saat Baginda Nabi Muhammad Saw. datang di
Madinah, beliau Saw. menjumpai kaum Anshar yang sedang merayakan hari
rayanya dengan model seperti di atas. Lalu Nabi Saw. bertanya: “Hari
apakah ini?”
Mereka menjawab: “Ini adalah hari raya yang biasa kami buat hiburan pada saat zaman jahiliyah.”
Kemudian Nabi Saw. bersabda:
قَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ اْلفِطْرِ
“Sesungguhnya
Allah telah menggantikan keduanya dengan hari yang lebih baik, yaitu
hari raya Idul Adha (Qurban) dan hari raya Idul Fitri.”
b. Hal-hal yang Disunnahan pada Hari Raya
Hal-hal yang disunahkan pada hari raya adalah:
1) Membaca takbir. Dimulai pada saat terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam akan mengerjakan shalat hari raya.
Takbir
dibagi menjadi 2 macam; Takbir Mursal, yakni takbir yang tidak
disunnahkan dibaca setelah shalat, seperti halnya takbiran pada hari
raya Idul Fitri. Kedua adalah Takbir Muqayyad, yakni takbir yang
disunnahkan untuk dibaca setelah shalat, seperti halnya takbiran pada
hari raya Idul Adha yang waktunya dimulai waktu Shubuhnya bulan Arafah
sampai Ashar yang terakhir hari tasyriq.
Takbiran ini disunnahkan
setelah shalat fardhu, baik ada’ atau qadha, setelah shalat sunnah
Rawatib, sunnah Mutlak, sunnah Tahiyyatul Masjid, sunnah Wudhu dan
shalat Jenazah. Adapun bacaan takbirnya sebagai berikut:
اَللهُ
اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَاِلَهَ اِلاَّالله وَاللهُ
اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ و لِلَّهِ اْلحَمْدُ .اَللهُ أَكْبَرْكَبِيَرًا
وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
.لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَلاَنَعْبُدُ إِلاَّ إِياَّهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ
الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكاَفِروْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ
وَلَوْ كَرِهَ اْلمُنَافِقُوْنَ .لاَاِلَهَ اِلاَّوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ
وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ
.لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ لِلَّهِ
اْلحَمْدُ
2) Mengisi malam hari raya dengan memperbanyak
beribadah. Minimal melakukan shalat Isya berjamaah dan berkeinginan
melakukan shalat Shubuh secara berjamaah. Sesuai dengan sabda Nabi Saw.:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ اْلعِيْدِ أَحْيَا اللهُ قَلْبَهُ يَوْمَ تَمُوْتُ اْلقُلُوْبُ.
“Barangsiapa
yang mengisi malam hari raya dengan memperbanyak ibadah maka Allah akan
menghidupkan hatinya disaat semua hati manusia mati.”
Ulama salaf punya metode lain, yaitu melakuan shalat sunnah Mutlak. Adapun tata caranya sebagai berikut:
a. Membaca niat:
أُصَلىِّ سُنَّةً لِإِحْياَءِ لَيْلَةَ عِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
b.
Melakukan shalat 2 rakaat. Rakaat pertama membaca surat al-Fatihah dan
al-Falaq masing-masing 15 kali. Dan rakaat kedua membaca surat
al-Fatihah dan an-Nas masing-masing 15 kali.
c. Setelah salam
membaca wirid: Ayat Kursi 13 kali, istighfar 15 kali, shalawat 15 kali,
dzikir 15 kali dan ditutup dengan doa.
3) Mandi. Meskipun
tidak punya tujuan untuk menghadiri shalat hari raya. Waktunya mulai
pertengahan malam sampai terbenamnya matahari pada hari raya. Namun yang
lebih utama adalah mandi dilakukan setelah shalat sunnah Fajar. Adapun
niatnya mandi sebagai berikut:
نَوَيْتُ اْلغُسْلَ لِدُخُوْلِ يَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى.
Sebelum melakukan shalat hari raya, yang lebih utama adalah makan kurma yang jumlahnya ganjil.
4)
Berangkat pagi-pagi. Bagi selain imam disunnahkan berangkat dini hari
setelah shalat Shubuh. Sedangkan bagi imam disunnahkan berangkat pada
saat masuknya waktu shalat.
5) Memakai wangi-wangian dan pakaian yang bagus, warna hijau atau putih.
6) Berangkat berjalan kaki dengan keadaan tenang melalui jalan yang jauh, dan ketika pulang melalui jalan yang lebih pendek.
7)
Bagi selain imam dianjurkan melakukan shalat sunnah Qabliyyah jika
tidak mendengarkan khutbah. Sedangkan bagi imam hukumnya makruh
melakukan shalat sunnah Qabliyyah dan Ba’diyyah hari raya.
8) Mencukur rambut, memotong kuku dan menghilangkan bau yang tidak sedap.
9) Melakukan shalat sunnah Idul Fitri.
10) Melakukan khutbah Idul Fitri.
11) Saling memberi penghormatan antara satu dengan yang lainnya seperti mengucapkan “Taqabbalalallahu minna waminkum”.
12)
Berjabat tangan dengan sesama jenis atau beda jenis yang semahram.
Klasifikasi hukum berjabatan tangan sebagai berikut: 1) Haram berjabat
tangan antara laki-laki dan perempuan yang tidak semahram serta tidak
menggunakan penghalang, begitupula dengan amrad yang tampan. 2) Makruh
berjabat tangan dengan orang yang punya penyakit menular. 3) Makruh
berangkulan kecuali dengan orang yang baru datang dari bepergian. 4)
Sunnah mengecup tangannya orang yang shaleh, alim dan zuhud. 5) Makruh
mengecup tangannya orang lain karena kekayaannya.
13) Melakukan
puasa 6 hari. Puasa ini boleh dilakukan dengan berbagai macam cara, baik
dilakukan secara berurutan dan bersambung atau tidak. Tetapi yang lebih
utama dilakukan secara berurutan. Kesunnahan puasa ini juga bisa
didapat dengan melakukan puasa qadha atau nadzar. Jika puasa ini
dilakukan di luar bulan Syawal maka pahalanya tidak sama dengan yang
dilakukan pada bulan Syawal, sebab pahala di bulan Syawal laksana
melakukan puasa fardhu setahun penuh sebagaimana bunyi hadits:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ كاَ نَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa
yang melakukan puasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa 6 hari
di bulan Syawal, maka pahalanya seperti puasa setahun penuh.”
Kemudian
jika puasa itu dilakukan di luar bulan Syawal maka laksana melakukan
puasa sunnah setahun penuh. Adat puasa Syawal yang telah berlaku, yakni
puasa 6 hari secara berurutan kemudian ditutup dengan hari raya ketupat,
itu hanyalah metode yang diajarkan oleh Wali Songo untuk mempermudah
membiasakan dan agar tidak dirasa berat. Sedangkan niatnya berpuasa
Sayawal adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ شَهْرِ شَوَّالَ سَنَةٍ للهِ تَعَالَى.
c. Hikmah Disyariatkannya Shalat Hari Raya
Perlu
diketahui bahwa shalat jamaah itu lebih utama daripada shalat
sendirian. Sebab di dalamnya membentuk persatuan dan kesatuan dengan
berwujud semua muslim berdiri dalam keadaan berbaris di belakang seorang
imam. Sehingga mirip dengan sebuah bangunan yang saling menguatkan,
bagian satu menguatkan sebagian lainnya.
Ketika hal itu dirasa
belum cukup untuk mewujutkan persatuan dan kesatuan umat Islam, maka
disyariatkanlah shalat Jum’at. Kemudian dirasa masih kurang lagi, maka
disyariatkanlah shalat hari raya agar rasa persatuan dan kesatuan umat
Islam semakin ditingkatkan. Sebab hal ini dapat memberikan manfaat yang
sangat besar.
Hikmah lain disyariatkannya shalat hari raya adalah
menampakkan kekuatan umat Islam di mata orang kafir. Dan dengannya
membentuk suatu sistem kekuasan yang akhirnya dapat menakut-nakuti orang
kafir.
d. Tata Cara Shalat Idul Fitri
Tata cara shalat sunnah hari raya Idul Fitri adalah sebagai berikut
a) Bilal membaca:
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ جَمَاعَةُ أَثَابَكُمُ اللهُ .
b) Jamaah menjawab:
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
c) Membaca niat shalat:
أُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا لِلَّهِ تَعاَلَى. اللهُ أَكْبَرْ
d)
Melakukan shalat 2 rakaat. Rakaat pertama setelah takbiratul ihram
membaca takbir (Allahu Akbar) 7 kali, sedangkan rakaat kedua setelah
takbir berdiri membaca takbir 5 kali. Rakaat pertama setelah al-Fatihah
membaca surat Qaf, sedangkan pada rakaat kedua setelah al-Fatihah
membaca surat Iqatarabat as-Sa’ah (al-Qamar). Masing-masing takbir baik
yang jumlahnya 7 atau 5 dipisah dengan bacaan:
سُبْحَانَ اللهُ وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ
Waktu
melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri adalah setelah matahari terbit
dan naik setinggi ujung tombak menurut pandangan mata, atau masuknya
waktu Dhuha.
e. Tata Cara Shalat Idul Adha
a) Memulai dengan takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.
b) Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan)
sebanyak tujuh kali takbir -selain takbiratul ihrom- sebelum memulai
membaca Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir
tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Umar. Ibnul Qayyim
mengatakan, “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.”
c) Di antara takbir-takbir (takbir zawa-id)
yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir tertentu. Namun ada sebuah riwayat
dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah
menyanjung dan memuji Allah.” Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي
“
Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha
suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar
untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah
aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan
ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi
pujian pada Allah
Ta’ala.
d): Kemudian membaca Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat lainnya. Surat yang dibaca oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah surat Qaaf pada raka’at pertama dan surat Al Qomar pada raka’at
kedua. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada
Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Ia pun menjawab,
كَانَ يَقْرَأُ فِيهِمَا بِ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) وَ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ)
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “
Qaaf, wal qur’anil majiid” (surat Qaaf) dan “
Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surat Al Qomar).”
Boleh juga membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al
Ghosiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at,
dianjurkan pula membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al
Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘ied maupun shalat Jum’at.
Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ
(سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ)
قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ
يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “
Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa)dan
“Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat
Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari
‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut
di masing-masing shalat.
e) Setelah membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dst).
f) Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.
g) Kemudian bertakbir (takbir
zawa-id/tambahan) sebanyak lima kali takbir -selain takbir bangkit dari
sujud- sebelum memulai membaca Al Fatihah.
h) Kemudian membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
i) Mengerjakan gerakan lainnya hingga salam.
f. Khutbah Setelah Shalat ‘Ied
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ – رضى الله عنهما –
يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”
Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan
khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah
Jum’at). Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai mimbar.Beliau pun memulai khutbah dengan “
hamdalah” (ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka
khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun beliau memang sering
mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak
menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan
takbir.”
Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari
‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat
‘ied bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,
إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk
mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan
ia pergi.”
Seusai
melaksanakan shalat sunnah Idul Fitri dan Adha berjamaah maka dilaksanakanlkah
khutbah. Tata caranya adalah, terlebih dahulu Bilal membacakan:
أَنْصِتُوْا
وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ .أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا
وَأَطِيْعُوْا أَثَابَكُمُ اللهُ .أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا
وَأَطِيْعُوْا لَعَكُّمْ تُرْحَمُوْنَ .اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ .اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
Kemudian khatib naik mimbar untuk berkhutbah. Contoh khutbahnya adalah sebagai berikut:
الخطبة الأولى لعيد الفطر
أَللهُ
أَكْبَرْ × 9 اَللهُ أَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَأَبْدَرَ. اَللهُ
أَكْبَرْ كُلَّمَا صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرَ. اَللهُ أَكْبَرْ كُلَّمَا
تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَأَمْطَرَ. كُلَّمَا نَبَتَ نَباَتٌ وَأَزْهَرَ.
وَكُلَّمَا أَوْرَقَ عُوْدٌ وَأَثْمَرَ. وَكُلَّمَا أَطْعَمَ اْلقَانِعَ
وَاْلمُعْتَرَّ. اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ لاَ إِلَهَ إِلاّ َاللهُ
وَاللهُ أَكْبَرْ، اللهُ أَكْبَرْ لِلَّهِ اْلحَمْدُ، اْلحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِىْ سَهَّلَ لِلْعِبَادِ طَرِيْقَ اْلعِبَادَةِ وَيَسَّرَ،
وَوَفَاهُمْ أُجُوْرَ أَعْمَالِهِمْ مِنْ خَزَائِنِ جُوْدِهِ الَّتِىْ لاَ
تُحْصَرُ، وَجَعَلَ لَهُمْ يَوْمَ عِيْدِ يَعُوْدُ عَلَيْهِمْ فِىْ كُلِّ
سَنَةٍ وَيَتَكَرَّرُ، وَزَكَّى أَبْدَانَهُمْ مِنْ دَرَنِ السَّيِّئَاتِ
وَطَهَّرَ، وَتَابَعَ بَيْنَ اْلأَوْقاَتِ لِكَىْ تُشَيَّدَ بِأَنْوَاعِ
اْلعِبَادَةِ وَتُعَمَّرَ، فَمَا مَضَى شَهْرُ الصِّيَامِ إِلاَّ
وَأَعْقَبَهُ بِأَشْهُرِ اْلحَجِّ إِلَى بَيْتِهِ اْلعَتِيْقِ
اْلمُطَهَّرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ اْلمُسْتَحِقُّ لِأَنْ
يُحْمَدَ وَيُشْكَرَ، وَاَشْكُرْهُ عَلَى نِعَمٍ لاَ تُعَدُّ وَلاَ
تُحْصَرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
اْلمُلْكُ اْلعَظِيْمُ اْلأَكْبَرُ، الَّذِىْ جَعَلَ لِكُلِّ شَيْءٍ
وَقْتًا وَأَجَلاً وَقَدَرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدَهُ وَرَسُوْلَهُ الشَّافِعَ اْلمُشَفَّعِ فِى اْلمَحْشَرِ، نَبِيٌّ
مَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ عَلىَ أَجْمَلٍ مِنْهُ وَجْهًا وَلاَ أَنْوَرَ،
نَبِيٌّ أُسْرِيَ بِهِ مِنَ اْلبَيْتِ اْلحَرَامِ إِلَى اْلمَسْجِدِ
اْلأَقْصَى وَعَرَجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ حَتَّى كاَنَ لَهُ فَوْق
السَّمَوَاتِ مَصْعَدٌ وَمَظْهَرٌ، نَبِيٌّ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وَأَعْطَاهُ سِيَادَةَ بَنِيْ
أَدَمَ اْلأَسْوَدَ وَاْلأَحْمَرَ، نَبِيٌّ رَجَفَتْ هَيْبَتَهُ قُلُوْبُ
اْلجَبَابِرَةِ حَتىَّ أَمَرَ أَمْرُهُ وَأَنَّهُ لَيَخاَفُهُ مَلِكُ بَنِي
اْلأَصْفَرِ، نَبِيٌّ غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا
تَأَخَّرَ، مَعَ ذَلِكَ قَامَ عَلىَ قَدَمِهِ الشَّرِيْفِ حَتَّى تَفْطُرَ،
وَجَاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ فَمَا تَوَانَى وَلا تأخر،
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُمْ
الرِّجْسَ وَطَهَّرَ، اللهُ أَكْبَرْ ، اللهُ أَكْبَرْ لاَإِلَهَ
إِلاَّاللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ. اللهُ أَكْبَرْ وَ لِلَّهِ اْلحَمْدُ أَمَّا
بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يُسَمَّى يَوْمَ اْلجَوَائِزِ فَيَرْجِعُ فِيْهِ
مِنَ اْلمُصَلَّى كُلٌّ بِمَا قُسِمَ لَهُ فَائِزٌ فَاْلمُحْسِنُوْنَ
يَجِدُوْنَ فِىْ صِحَافِهِمْ اْلعِزَّ وَاْلكَرَامَةَ وَاْلمُذْنِبُوْنَ
يَجِدُوْنَ فِيْهَا اْلخَيْبَةَ وَالنَّدَامَةَ. عَنْ إِبْنِ عَبَّاسٍ
رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا يَرْفَعُهُ: إِذَا كاَنَ يَوْمَ عِيْدِ اْلفِطْرِ
هَبَطَتِ اْلمَلاَئِكَةِ إِلَى اْلأَرْضِ فِى كُلِّ بَلَدٍ فَيَقِفُوْنَ
عَلَى أَفْوَاهٍ السِّكَكِ يُنَادُوْنَ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ جَمِيْعُ مَنْ
خَلَقَ اللهُ إِلاَّ اْلجِنَّ وَاْلإِنْس. ياَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ
أَخْرَجُوْا اِلَى رَبٍّ كَرِيْمٍ يُعْطِى اْلجَزِيْلَ وَيَغْفِرُ
الذَّنْبَ اْلعَظِيْم فَإِذَا بَرَزُوْا إِلَى مُصَلاَّهُمْ قاَلَ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ : يَا مَلاَئِكَتِىْ مَا جَزَاءَ اْلأَجِيْرِ إِذاَ عَمَلَ
عَمَلَهُ فَيَقُوْلُوْنَ إِلَهَناَ وَسَيِّدِناَ أَنْ تُوَفِّيَهُ
أَجْرَهُ.
Para hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dirahmati
Allah. Mari kita bertaqwa kepada Allah Swt. dengan sebaik-baik taqwa.
Ketahuilah bahwa hari ini disebut sebagai harinya beberapa pemberian.
Sehingga pada hari ini setiap orang akan pulang dari masjid dan akan
mendapatkan apa yang telah dibagikan oleh Allah. Bagi orang yang berbuat
kebajikan akan mendapatkan keagungan dan kemuliaan di catatan amalnya.
Dan bagi orang-orang yang berbuat dosa akan menemui penyesalan dan
kerugian di catatan amalnya.
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas Ra.,
berupa hadits marfu’, bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Ketika hari
raya Fitri para malaikat turun ke bumi di setiap negara. Mereka berdiri
di perempatan-perempatan jalan dan selalu memanggil-manggil dengan suara
yang bisa didengarkan oleh setiap makhluk, kecuali jin dan manusia,
dengan panggilan: “Hai umat Muhammad. Keluarlah kamu kepada Tuhan Yang
Mahapemurah lagi Mahamulia. Ia akan memberi dengan pemberian yang agung
dan akan memaafkan setiap dosa yang kecil dan yang besar.”
Kemudian
ketika orang sudah berkumpul di masjid, Allah berfirman kepada para
malaikat: “Hai malaikatKu. Apa balasan bagi orang yang kerja dan telah
menyelesaiakan tugasnya?”
Para malaikat menjawab: “ Wahai Tuhanku, sudah semestinya Tuan akan membalas orang-orang tersebut.”
Lalu
Allah berfirman lagi: “Saksikanlah wahai malaikatKu, bahwa Aku akan
membalas orang-orang yang menyelesaikan puasa dan shalatnya berupa ridha
dan pengampunanKu. Kalian semua mintalah kepadaKu. Demi kemuliaan dan
keagunganKu, tidak ada permintaan dari kalian semua kepadaKu apa saja
untuk akhirat di hari ini kecuali Aku akan mengabulkannya. Dan tidak ada
permintaan untuk dunia pada hari ini kecuali akan Aku kabulkan.
Pulanglah kalian semua dari masjid, karena kalian telah mendapatkan
pengampuanKu, karena kalian semua sudah ridha terhadapKu dan Aku sudah
meridhaimu.”
أَعَادَ اللهُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَرَكاَتِ هَذَا
اْلعِيْدِ وَأَمُنَّنِىْ وَإِيَّاكُمْ مِنْ سَطْوَةِ يَوْمِ اْلوَعِيْدِ
وَاللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ وَفِى قَوْلِهِ يَهْتَدِىْ اْلمُهْتَدُوْنَ
وَإٍذَا قُرِئ َاْلقُرْاَنُ فَسْتَمِعُوْالَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
يَاأَيُّهَاالنَّاسُ إِنَّ وَعْدَاللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ
اْلحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغُرُوْرُ إِنَّ
الشَّيْطاَنَ لَكُمْ عُدُوٌ فاَتَّخْذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا
يَدْعُوْحِزْبَهُ لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا لَهُمْ عَذَابٌ .
اْلخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ لِعِيْدِ اْلفِطْرِ
اللهُ
أَكْبَرُ كُلَّمَا هَطَلَ الْغَمَامُ وَنَاحَ الْحَمَامُ وَارْتَفَعَتِ
الأَعْلاَمُ وَأَفْطَرَ الصُّوَّامُ، اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا ارْتَقَى
فَوْقَ مِنْبَرِ إِمَامٍ. وَكُلَّمَا خُتِمَ بِالأَمْسِ شَهْرُ الصِّيَامِ،
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ و اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ للهِ مُعِيْدِ الْجُمَعِ
وَالأَعْيادِ. وَمُبِيْدِ الْجُمُوْعِ وَالأَجْنَادِ. رَافِعِ السَّبْعِ
الشِّدَادِ عَالِيَةً بِغَيْرِ عِمَادٍ. وَمَادَّ الأَرْضِ وَمُرْسِيْهَا
بِالأَطْوَادِ. وَجَامِعِ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَ رَيْبَ فِيْهِ إِنَّ اللهَ
لاَ يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ. أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمٍ لاَ يُحْصَى لَهَا
تَعْدَادٌ. وَأَشْكُرُهُ وَكُلَّمَا شُكِرَ زَادَ. وَأَسْأَلُهُ أَنْ
يَصْرِفَ عَنَّا الْمُعْضِلاَتِ الشِّدَادَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ أَنْدَادَ. شَهَادَةً
صَادِرَةً مِنْ صَمِيْمِ الْفُؤَادِ. أَرْجُوْا بِهَا النَّجَاةَ فِى
يَوْمِ التَّنَادِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِى شَرَعَ الشَّرَائِعَ وَسَنَّ الأَعْيَادَ. وَقَرَّرَ
قَوَاعِدَ الْمِلَّةِ وَرَفَعَ الْعِمَادَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الْبَرَرَةِ الأَنْجَادِ. الذَّائِذِيْنَ عَنْ شِرْعَتِهِ بِالْمُرْهِفَاتِ
الْحِدَادِ. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
واللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
)أَمَّا بَعْدُ) فَيآ
أَيُّهَا النَّاسُ : اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّهُ لَيْسَ
السَّعِيْدُ مَنْ أَدْرَكَ الْعِيْدَ، وَلاَ مَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ
وَلاَ مَنْ قَادَ الْخَيْلَ الْمُسَوَّمَةَ وَخَدَمَتْهُ الْعَبِيْدُ،
وَلاَ مَنْ أَتَتْهُ الدُّنْيَا عَلَى مَا يُرِيْدُ، لَكِنْ وَالهِ
السَّعِيْدُ مَنْ خَافَ يَوْمَ الْوعِيْدِ، وَرَاقَبَ اللهَ فِيْمَا
يُبْدِى وَيُعِيْدُ، وَنُجِّىَ مِنْ نَارٍ حَرُّهَا شَدِيْدٌ وَقَعْرُهَا
بَعِيْدٌ، وَطَعَامُ أَهْلِهَا الزَّقُّوْمُ، وَشَرَابُهُمُ الْمُهْلُ
وَالصَّدِيْدُ، وَلِبَاسُهُمُ الْقَطْرَانُ وَالْحَدِيْدُ وَعَذَابُهُمْ
أَبَدًا فِى مَزِيْدٍ، وَفَازَ بِجَنَّةٍ لاَ يَفْنَى نَعِيْمُهَا وَلاَ
يَبِيْدُ، فَاتَّقُوْا اللهَ بِامْتِثَالِ أَمْرِهِ الأَكِيْدِ،
وَوَحِّدُوْا رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَأَدُّوْا زَكَاةَ
أَمْوَالِكُمْ وَصُوْمُوْا شَهْرَكُمْ وَحُجُّوْا بَيْتَ رَبِّكُمْ
وَأَطِيْعُوْا ذَا أَمْرِكُمْ هَذَا شَأْنُ الْعَبِيْدِ، وَاعْلَمُوْا
أَنَّ الَّذِى عَلِمَ مِنَ الْغَيْبِ مَكْنُوْنَهُ، وَأَنْجَزَ مِنَ
الْوَعْدِ مَضْمُوْنَهُ، وَحَتَّمَ بِالْفَنَاءِ عَلَى مَنْ دُوْنَهُ
وَاخْتَارَ مُحَمَّدًا أَمِيْنَهُ، وَجَعَلَ الْحَنِيْفِيَّةَ شِرْعَتَهُ
وَدِيْنَهُ، أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنىَّ فِيْهِ
بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَثَلَّثَ بِكُمْ أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ جَلَّ مِنْ قَائِلٍ
عَلِيْمًا ﴿ إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا﴾. وَقَدْ قَالَ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ:مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا .
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِىِّ الْهَاشِمِىِّ الأَوْفَى، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنْ أَصْحَابِهِ السَّادَةِ الْحُنَفَا، وَخُصَّ مِنْهُمُ
الأَرْبَعَةَ الْخُلَفَا، ذَوِى الْفَضْلِ الْجَلِىِّ وَالْقَدْرِ
الْعَلِىِّ أَبَابَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىَّ وَعَنِ السِّتَّةِ
الْبَاقِيْنَ مِنَ الْعَشْرَةِ، وَعَنْ جَمِيْعِ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا
نَبِيَّكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ. اللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْحَسَنِ
وَالْحُسَيْنِ وَعَنْ أُمِّهِمَا الْبَتُوْلِ فَاطِمَةَ بِنْتِ
الرَّسُوْلِ. اللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الطَّاهِرَةِ الْمُطَهَّرَاتِ
أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ زَوْجَاتِ نَبِيِّنَا الصَّادِقِ الأَمِيْنِ.
اللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَاقْتَفَى، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ
وَكَرَمِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَكْرَمَ مَنْ تَجَاوَزَ وَعَفَا. اللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ،
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
رَخَاءً سَخَاءً وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ آمِنَّا
فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ أُوْلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ
وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَقِمْ عَلَمَ
الْجِهَادِ. وَاقْمَعْ أَهْلَ الشِّرْكِ وَالْفَسَادِ وَالْعِنَادِ،
وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ عَلَى الْعِبَادِ، يَا مَنْ لَهُ الدُّنْيَا
وَالآخِرَةُ وَإِلَيْهِ الْمَعَادِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ نَوِّرْ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ
قُبُوْرَهُمْ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلأَحْيَاءِ وَيَسِّرْ لَهُمْ
أُمُوْرَهُمْ. اللَّهُمَّ تُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، وَاغْفِرْ ذُنُوْبَ
الْمُذْنِبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ عَنِ الْمَدِيْنِيْنَ، وَاشْفِ مَرْضَى
الْمُسْلِمِيْنَ، وَاكْتُبِ الصِّحَّةَ وَالْعَافِيَةَ وَالسَّلاَمَةَ
وَالتَّوْفِيْقَ وَالْهِدَايَةَ لَنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ، فِى
بَرِّكَ وَبَحْرِكَ أَجْمَعِيْنَ. اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلاَ
وَالرِّبَا وَالْوَبَى وَالزِّنَى وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ
الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً
وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ
الْعَالَمِيْنَ، ﴿ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارَ﴾. عِبَادَ اللهِ، ﴿ إِنَّ
الله َيَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَأَوْفُوْا بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ
وَلاَ تَنْقُضُوْا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيْدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ
اللهُ عَلَيْكُمْ كَفِيْلاً إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَ﴾.
وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، ﴿ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَالله ُيَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُوْنَ﴾
(Referensi: Asy-Syarqawi, I’anat
ath-Thalibin, Tanwir al-Qulub, Bujairami ‘ala al-Khathib, Hasyiyat
al-Jamal, Nihayat az-Zain, al-Munasabah li as-Sayyid Muhammad al-Maliki,
al-Adzkar an-Nawawi, Kitab Primbon Syaikh Sholeh Darat dan Durrat an-Nashihin).